ANALISIS TEORI SEMIOTIKA DALAM LIRIK LAGU KOPI DANGDUT
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari hari, manusia tidak akan bisa lepas dari peran komunikasi. Menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss (Deddy Mulyana, 2001:69) komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih. Komunikasi digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan, baik yang bersifat verbal ataupun non verbal. Dan salah satu prinsip komunikasi adalah sebagai proses pertukaran simbolik. Susanne K. Langer (Deddy Mulyana, 2001:83) mengungkapkan, salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Berdasarkan kesepakatan sekelompok orang, simbol digunakan untuk menunjukan sesuatu. Simbol merupakan tanda atau ciri yang memberitahukan suatu hal kepada seseorang. Simbol memiliki sifat sembarang dan tidak terikat, tergantung ide dan fikiran yang terbentuk. Menurut pandangan Ogden dan Richards (Alex Sobur, 2004:159) simbol memiliki hubungan asosiatif dengan gagasan atau referensi serta referen atau dunia acuan.
Proses penyampaian simbol dapat dilakukan melalui berbagai level komunikasi, salah satunya di level komunikasi massa. Dalam pengertianya, komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan yang dikomunikasikan melalui media masa kepada sejumlah besar orang. Dalam komunikasi massa, proses menyampaikan simbol dapat dilakukan melalui musik. Musik merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Menurut Parker (Djohan, 2003:4) musik adalah produk pikiran, elemen vibrasi atas frekuensi, bentuk, amplitudo dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan diinterprestasikan melalui otak.
Lirik lagu yang ditulis bisa menjadi salah satu media dalam sebuah proses pertukaran simbol. Setiap lirik yang ditulis tentunya mengandung pesan atau makna tersendiri yang ingin disampaikan penulis kepada khalayak luas. Artinya lirik lagu yang dikemas bersama musik tidak lagi menjadi media hiburan semata, tetapi juga bisa digunakan sebagai media untuk menyalurkan aspirasi individu, kelompok, ataupun masyarakat luas.
Salah satu genre musik dapat digunakan sebagai alat social adalah musik dangdut. Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.
Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.
II. SEMIOTIKA DALAM LIRIK LAGU “KOPI DANGDUT”
Teori Semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan. Salah satu tokoh perintis semiotika yang terkenal adalah Charles Sanders Peirce, yang menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang yang terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan, yaitu tanda, objek, dan interpretan (Zaimar, 2008:4). Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Peirce juga mengembangkan suatu tipologi tanda yang disebut dengan trikotomi, yang akan dijadikan landasan teori dalam menganalisis lirik lagu yang menjadi judul makalah ini.
Dalam makalah ini, kami akan menganalisis lirik lagu yang terkenal di tahun 90-an yaitu lirik lagu Kopi Dangdut. Kopi Dangdut adalah sebuah lagu dangdut yang dipopulerkan oleh penyanyi Fahmi Shahab pada sekitar tahun 1991. Pada awal lagu tersebut dipopulerkan, iramanya yang memang easy listening dan liriknya yang mudah dihafal membuat lagu tersebut sangat populer. Adapun lirik lagu dari Kopi Dangdut adalah sebagai berikut.
Kala kupandang kerlip bintang nun jauh disana
Saat kudengar melodi cinta yang menggema
Terasa kembali gelora jiwa mudaku
Karna tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut
Api asmara yang dahulu pernah membara
Semakin hangat bagai ciuman yang pertama
Detak jantungku seakan ikut irama
Karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdut
Irama kopi dangdut yang ceria
Menyengat hati menjadi gairah
Membuat aku lupa akan cintaku yang telah lalu
Api asmara yang dahulu pernah membara
Semakin hangat bagai ciuman yang pertama
Detak jantungku seakan ikut irama
Karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdut
Mengapa kamu datang lagi menggodaku
Dulu hatiku membeku
Bagaikan segumpal salju
Ku tak mau peduli
Biar hitam biar putih
Melangkah berhati hati
Asal jangan nyebur ke kali
Adapun analisis lirik lagu Kopi Dangdut diatas berdasarkan trikotomi Pierce adalah sebagai berikut:
1. Trikotomi pertama ditinjau dari sudut pandang hubungan representamen dan objek (Zaimar, 2008:5). Representamen di dalam lagu ini tentunya adalah lirik lagu itu sendiri, dan objeknya adalah masyarakat beserta segenap aktivitas dan fenomena yang ada di dalamnya.
a. Ikon merupakan hubungan yang berdasarkan pada kemiripan (Zaimar, 2008:5). Jadi, representamen memiliki kemiripan dengan objek yang diwakilinya. Ikon dibagi lagi menjadi tiga, yaitu ikon tipologis, ikon diagramatik dan ikon metafora. Dalam lirik lagu Kopi Dangdut diatas, teori yang berhubungan adalah tentang ikon metafora, yaitu sebuah ikon yang mendasari sebuah kemiripan yang sifatnya tidak total miripnya. Misalnya dalam lirik “Dulu hatiku membeku, bagaikan segumpal salju” yang menyatakan seolah-olah hatinya telah membeku seperti salju, yang dalam hal ini mirip namun tidak sepenuhnya mirip, hanya sebuah istilah yang digunakan untuk mengumpakan sesuatu.
b. Indeks adalah hubungan yang mempunyai jangkauan eksistensial, maksudnya keberadaan sesuatu tentu disebabkan oleh adanya sesuatu yang lain atau hubungan sebab akibat (Zaimar, 2008:5). Misalnya, dalam judul Kopi Dangdut itu sendiri merupakan hubungan sebab akibat, karena pada jaman populernya lagu tersebut, seseorang yang tengah menikmati secangkir kopi selalu diasosiasikan tengah mendengarkan sebuah lagu dangdut, sehingga akhirnya menjadi inspirasi bagi penulis lagu itu sendiri.
c. Simbol, merupakan hubungan antara tanda dan objek yang ditentukan oleh sebuah peraturan yang berlaku umum (Zaimar, 2008:5). Dalam lirik “Api asmara yang dahulu pernah membara” misalnya, kita tahu bahwa asmara adalah sebuah perasaan yang meluap-luap, yang seiring waktunya memiliki tahapan-tahapan tertentu, dan pada awal asmara itu sendiri ada tentunya meluap seperti api yang membara pada awalnya sebelum akhirnya padam. Istilah ini sendiri akhirnya menjadi simbol yang dimaknai secara bersama dan menjadi sebuah makna yang disepakati secara umum.
2. Trikotomi kedua adalah klasifikasi yang ditinjau dari sudut pandang hubungan representamen dengan tanda.
a. Qualisign merupakan sesuatu yang memiliki kualitas untuk menjadi tanda, ia tidak dapat berfungsi sebagai tandai sampai ia terbentuk sebagai tanda (Zaimar, 2008:5).
b. Sinsign adalah sesuatu yang sudah terbentuk dan dapat dianggap sebagai representamen, tetapi belum berfungsi sebagai tanda (Zaimar, 2008:5).
c. Legisign yaitu sesuatu yang sudah menjadi representamen dan berfungsi sebagai tanda (Zaimar, 2008:5).
Dalam lirik lagu diatas, Kopi Dangdut memiliki representamen dan tanda yang bisa digolongkan dalam Legisign, yaitu dalam lirik “melodi cinta”, “api asmara”, yang telah diketahui sebagai representamen yang telah menjadi tanda karena telah disepakati bersama dan menjadi sebuah istilah yang umum. Sedangkan kopi dangdut itu sendiri masuk dalam kualifikasi Sinsign, karena merupakan sesuatu representamen yang telah terbentuk namun belum berfungsi sebagai tanda.
3. Trikotomi ketiga, ditinjau dari tanda yang diklasifikasikan menjadi tiga tahapan yang berdasarkan pada hubungan antara interpretan dengan tanda.
a. Rheme adalah tanda yang tidak benar atau tidak salah, karena merupakan tanda pengganti. Ia merupakan tanda kemungkinan kualitatif yang menggambarkan semacam kemungkinan objek. (Noth 2006:45). Misalnya dalam lirik “menyengat hatiku” dan ”dulu hatiku membeku bagaikan segumpal salju”, yang merupakan sebuah kata yang menggantikan atau mengumpamakan sebuah perasaan yang terlalu panjang apabila dijelaskan secara harafiah.
b. Discent adalah tanda yang mempunyai eksistensi yang aktual (Zaimar, 2008:5), misalnya dalam lirik “kerlip bintang nun jauh disana”, yang menyatakan sebuah eksistensi benda langit yang terletak jauh dan terlihat berkelip jika dilihat dari bumi.
c. Argument adalah sebuah tanda hukum, yaitu sebuah hukum yang menyatakan bahwa perjalanan untuk mencapai kesimpulan cenderung menghasilkan sebuah kebenaran (Noth 2006:45). Misalnya, sekali lagi dari judul Kopi Dangdut itu sendiri, yang masih merupakan sebuah proses untuk mencari kesimpulan apakah sebenarnya maksud penulis dari judul Kopi Dangdut itu sendiri, namun saat kita menyimpulkan bahwa kopi pada tahun 90-an selalu dinikmati dengan secangkir kopi membawa kita pada sebuah kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Djohan. 2003. Semiotik dan Penerapannya Dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Noth, Winfried. 2006. Semiotik. Surabaya: Airlangga University Press.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
http://forum.viva.co.id/sejarah/102739-asal-usul-sejarah-musik-dangdut.html . Diakses pada : 22/11/2012 pukul 09.23 WIB
http://liriklaguindonesia.net/fahmi-shahab-kopi-dangdut.htm. Diakses pada : 22/11/2012 pukul 09.12 WIB
Informasi Kontes SEO untuk para blogger gan.. ada 4 kontes SEO yang baru running nih.
BalasHapus*Kontes seo Rgo Poker www.kontes-seo-rgopoker.net / www.kontes-seo-rgopoker.com. Total hadiah 32.jt
12 januari 2014 - 12 maret 2014
*Kontes seo Afa Togel www.kontes-seo-afatogel.com/ Total hadiah 25.jt
18 januari 2014 - 18 maret 2014
*Kontes seo Batik Poker www.kontes-seo-batikpoker.com/ Total hadiah 32.jt
22 januari 2014 - 22 maret 2014
*Kontes seo Eyang Togel www.kontes-seo-eyangtogel.com/ Total hadiah 25.jt
26 januari 2014 - 26 maret 2014
info lebih lengkap masuk aja ke situsnya